Hanya di Bali, Tumpek Wariga Memuliakan Tumbuh-tumbuhan

oleh -547 Dilihat
Gubernur Koster tampak berfoto bersama seusai melakukan penanaman pohon

JEMBRANA, POS BALI – Alunan gamelan dari bambu yang merupakan ciri khas Kabupaten Jembrana yakni Jegog mengiringi Perayaan Rahina Tumpek Wariga di Pura Pegubugan, Manistutu, Melaya, Jembrana, Sabtu (14/5).

Perayaan ini diawali dengan mengupacarai bibit pohon dan dilanjutkan dengan penanaman pohon di Kawasan Hutan Desa Manistutu yang dilakukan Gubernur Bali, Wayan Koster bersama dengan Ketua DPRD Provinsi Bali, I Nyoman Adi Wiryatama, Kapolda Bali, Irjen Pol Putu Jayan Danu Putra, Sekda Bali, Dewa Made Indra, Bupati Jembrana, I Nengah Tamba, Ketua DPRD Jembrana, Ni Made Sri Sutharmi, Kepala OPD Pemprov Bali, Kelompok Tani Hutan, dan masyarakat.

“Saya berterima kasih ke Bapak Bupati Jembrana yang telah menyiapkan tempat yang sangat bagus ini (Desa Manistutu, red). Kawasan yang sangat sejuk, ada hutan dan danau-nya, ini betul – betul Wana Kerthi,” kata Koster.

Menurutnya, rahina ini untuk memuliakan segala tumbuh-tumbuhan yang dalam kepercayaan orang Bali, tumbuh-tumbuhan dianggap saudara tertua. Karena mereka lebih dulu menghuni Bumi ini dibandingkan dengan binatang dan manusia. “Betapa luar biasanya Hyang Pencipta ini, apa yang menjadi kebutuhan kehidupan, itu disediakan terlebih dahulu seperti tumbuh – tumbuhan,” ujar Koster.

Dia menyatakan, manusia sangat membutuhkan tumbuh – tumbuhan sebagai sumber penghidupan, begitu juga binatang. “Kalau tidak ada tumbuh – tumbuhan, tidak ada udara, kalau tidak ada udara, kita tidak bisa bernafas. Jadi memang betul, bagaimana Leluhur kita di Bali memuliakan tumbuh – tumbuhan dengan melaksanakan Tumpek Wariga,” katanya.

Dia mengungkapkan perayaan ini merupakan implementasi atau pelaksanaan Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 04 Tahun 2022 tentang Tata-Titi Kehidupan Masyarakat Bali Berdasarkan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Sad Kerthi Dalam Bali Era Baru.

Dia menyebutkan, Sad Kerthi ini meliputi enam sumber utama kesejahteraan dan kebahagiaan kehidupan manusia, yang meliputi Atma Kerthi yang bermakna Penyucian dan Pemuliaan Atman/Jiwa; Segara Kerthi yang bermakna Penyucian dan Pemuliaan Pantai dan Laut; Danu Kerthi yang bermakna Penyucian dan Pemuliaan Sumber Air; Wana Kerthi yang bermakna Penyucian dan Pemuliaan Tumbuh-tumbuhan; Jana Kerthi yang bermakna Penyucian dan Pemuliaan Manusia; dan Jagat Kerthi yang bermakna Penyucian dan Pemuliaan Alam Semesta.

Koster juga menuturkan bahawa Tumpek Wariga dahulu hanya dilaksanakan secara perorangan. Tidak pernah dilaksanakan secara kolektif dan bersama – sama pemerintah hingga masyarakat, sehingga semakin berkurang perayaan Tumpek Wariga akibat perkembangan ilmu pengetahuan teknologi yang semakin dahsyat dan era yang modern, maka unsur kehidupan yang bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal itu semakin tertinggal, karena sumber pengetahuannya berbeda.

“Itulah sebabnya, agar perayaan Tumpek ini tidak tinggal nama, maka saya mengeluarkan kebijakan berupa Surat Edaran Gubernur Bali untuk merayakan semua Tumpek ini secara bersama – sama,” jelas Wayan Koster.

Untuk hari ini, dia mengeluarkan Instruksi Gubernur Bali Nomor 06 Tahun 2022 tentang Perayaan Rahina Tumpek Wariga. Yakni hari baik dan suci ini untuk memuliakan tumbuh-tumbuhan bagi masyarakat Bali. Tumpek Wariga juga sering disebut dengan Tumpek Pengarah, Tumpek Pengatag, dan Tumpek Bubuh.

Disebut Tumpek Pengarah, lanjut dia, karena dalam ritual ini manusia melakukan komunikasi dengan cara pengarah atau pemberitahuan kepada tumbuh-tumbuhan bahwa sejak hari ini, 25 hari lagi kedepan akan datang hari raya Galungan.

Dia menambahkan, Tumpek Wariga ini merupakan warisan leluhur yang luar biasa. Oleh sebab itu tumbuh-tumbuhan dimohon berbuah lebat agar dapat digunakan sebagai sarana upacara saat hari raya Galungan.

“Ini cara berkomunikasi manusia dengan tumbuh – tumbuhan, supaya ada keharmonisan antara manusia dengan alam beserta isinya. Ini cuma ada di Bali dan tidak ada di dunia cara kehidupan seperti ini. Jadi betapa visionernya, betapa cerdasnya Leluhur Kita di jaman dahulu membuat perayaan Tumpek Wariga untuk menghormati alam beserta isinya,” tandasnya. alt

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *