DENPASAR, POS BALI – Citarasa minuman arak tradisional lokal Bali yang disajikan Gubernur Bali, Wayan Koster mendapatkan apresiasi dari Duta Besar (Dubes) Republik Ceko, Jaroslav Dolecek dan Dubes Republik Rakyat Tiongkok (RRT) untuk Indonesia, Lu Kang. Dubes menilai arak Bali ini memiliki kualitas rasa yang enak.
Hal itu terungkap saat Gubernur Bali didampingi Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) menerima Dubes tersebut di Jayasabha, Denpasar, Selasa (17/5) kemarin.
Jaroslav Dolecek menuturkan, setelah pertemuan bulan Mei tahun lalu, dirinya kembali bisa merasakan kenikmatan minuman arak yang dibuat dari proses fermentasi dan destilasi secara tradisional Bali ini.
“Saya sangat terkesan dengan pertemuan Mei tahun lalu, ini cerita tidak terlupakan dan saya sangat ingat bahwa waktu itu saya minta tambah satu sloki arak lagi,” kata Jaroslav.
Jaroslav Dolecek juga menceritakan bahwa cinderamata arak tradisional lokal Bali yang diberikan Koster dalam pertemuan pertama itu sudah sempat dicicipi oleh kolega dan saff Kedutaan Besar Republik Ceko di Jakarta.
“Rata-rata mereka yang menikmati arak Bali ini memberikan komentar positif. Saya katakan ini hadiah khusus dari Bapak Gubernur Bali, dan sekarang hampir setiap hari saya minum arak Bali. Tapi bukan berarti saya datang kembali ke Bali, karena persediaan arak Bali saya tinggal sedikit,” ujar Jaroslav.
Jaroslav Dolecek juga menilai, produksi minuman arak tradisional lokal Bali sangat bagus sebagai sebuah identitas kultural Bali yang membedakan dengan wilayah lain.
“Arak, tuak dan brem, saya lihat sangat bagus sebagai identitas budaya Bali dan ini menjadi pembeda dari daerah lain. Semoga ini bisa diapresiasi UNESCO untuk produk khas kebudayaan Bali,” katanya.
Dia juga mengungkapkan, perpaduan kopi tanpa gula isi arak tradisional lokal Bali yang dihidangkan Gubernur Bali adalah langkah yang sangat pintar, hal ini terbukti tidak ada masalah kesehatan dan sangat berguna untuk kesehatan, disamping cita rasa khasnya yang mengesankan. Jadi model arak seperti ini hanya ada di Bali serta hanya bisa didapatkan di Bali.
“Jika dipromosikan dengan benar, ini akan berpotensi menjadi daya jual di luar negeri,” ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Dubes Republik Rakyat Tiongkok untuk Indonesia, Lu Kang saat dijamu minuman kopi dan arak tradisional lokal Bali. Lu Kang mengatakan, arak ini rasanya bagus. Kopinya juga rasanya enak.
“Luar biasa ini Pak Gubernur, kira – kira arak ini didapatkan dari mana?” tanyanya saat melakukan kunjungan kerja ke Jayasabha dalam rangka membahas Bali sebagai tuan rumah KTT G20 dan membicarakan pariwisata Bali yang sudah mulai ramai dikunjungi wisatawan mancanegara.
Sementara itu, Koster menjelaskan arak dan minuman fermentasi khas lainnya sudah diatur dalam Peraturan Gubernur Bali Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi dan/atau Destilasi Khas Bali.
Hal ini dilakukan, karena dirinya sadar industri ini menjadi salah satu sumber penghasilan masyarakat Bali dari hasil proses tradisional yang dilakukan secara turun temurun. “Jadi perlu kebijakan yang mendasari dan melindunginya,” katanya.
Koster juga menuturkan selalu mempromosikan arak tradisional lokal Bali kepada tamu kehormatan seperti Duta Besar, Menteri, Tokoh Nasional hingga masyarakat yang bertemu dengan dirinya.
“Masyarakat mengapresiasi kebijakan ini, sehingga tokoh desa membawakan saya arak dan memberikan saya resep ini, yang sebenarnya sudah dilakukan sejak dahulu oleh tetua (orang tua, red) kami di Bali,” tuturnya.
Koster juga menjelaskan arak ini diproses dari hasil fermentasi dari pohon kelapa, lontar, dan aren yang hanya didapatkan di Pulau Bali, dan dibuat secara tradisional oleh masyarakat Bali.
“Pagi sebelum bekerja dan malam sebelum tidur, saya selalu minum arak dengan takaran satu sloki saja, agar tubuh menjadi sehat,” jelasnya.
Mengakhiri pertemuan dengan kedua Dubes, Koster juga memberikan cinderamata minuman Arak Tradisional Lokal Bali yang sudah dikemas berstandar internasional, ISO. alt