DPD RI: Pandemi Belum Tentu Selesai

oleh -127 Dilihat
Wakil Ketua DPD RI, H Mahyudin tampak menyerahkan cinderamata kepada Asisten II Pemkab Badung Nyoman Sujendra.

DENPASAR, POS BALI – Pandemi Covid-19 yang melanda Bali sejak medio Maret 2020 menjadi perhatian serius Dewan Pimpinan Daerah Republik Indonesia (DPD RI). Karena, dampak dari pandemi, Bali yang mengandalkan perekonomian dari sektor pariwisata pun terpuruk. Bahkan sempat minus hingga titik terdalam 12,9 persen.

 

Menyikapi hal itu, secara khusus DPD RI menggelar Focus Group Discussion (FGD) Upaya pemulihan ekonomi Kabupaten Badung melalui pariwisata andalan dengan penguatan sektor ekonomi alternatif. Kegiatan itu berlangsung di Kantor DPD RI Provinsi Bali, Jumat (2/3).

 

Wakil Ketua DPD RI, H Mahyudin menyampaikan, Bali sangat terpuruk hingga minus dua digit. Daerah lain yang tidak bertumpu pada pariwisata masih bisa bertahan, kendati pun sempat minus hanya 2 persen kontraksi perekonomiannya.

 

“Saat ini pandemi sudah mereda karena vaksinasi hingga booster. Bahkan saya dengar ada wacana hingga vaksin ke empat kali. Di Eropa sendiri sudah berani, tidak ada orang lagi yang memakai masker. Kalau kita masih was-was, karena standar vaksin kita tidak sempurna. Itu sebenarnya permasalahannya,” ungkapnya.

 

Mahyudin juga mengungkapkan, pandemi menjadi pelajaran sehingga diperlukan diskusi agar tidak hanya bertumpu pada sektor pariwisata saja. Tapi harus lebih berkembang dari sisi UMKM.

 

“Pandemi ini belum tentu selesai, nanti akan ada lagi, apalah. Sekarang ini cacar monyet, besok cacar ‘kuda’. Kita tidak tahu yang terjadi sekarang. Boleh saya katakan dunia sekarang sedang tidak baik-baik saja. Kita harus hati-hati,” ujarnya.

 

Untuk itu, lanjut dia, perlu diskusi-diskusi untuk menghadapi ancaman bencana, sehingga siap menghadapinya ke depannya. “Memang pariwisata paling nyaman. Datang orang bawa duit sampai disini (Bali, red) liburan. Harusnya pandemi ini menjadi pelajaran paling berharga bagi kita, sehingga jika terjadi hal serupa tidak terjadi dampak yang begitu besar,” tandasnya.

 

Sebelumnya, Bupati Badung Nyoman Giri Prasta melalui Asisten II  Pemkab Badung Nyoman Sujendra menyampaikan, apresiasi dan terima kasih kepada DPD RI dan segenap jajaran yang hadir dalam FGD upaya percepatan ekonomi di Badung.  “Hampir tiga tahun berjuang mengatasi pandemi Covid-19 yang melanda dan berdampak pada ekonomi. Pemerintah pusat maupun daerah berupaya maksimal mengatasi pandemi dengan harapan segera pulih dan bangkit dari masa sulit ini,” ujarnya.

 

Menurutnya, di Badung telah melakukan berbagai upaya untuk membangkitkan ekonomi. Pihaknya juga mendorong tumbuhnya usaha mikro kecil, dan kemudahan investasi. “Sektor pariwisata tulang perekonomian Badung. Pariwisata berperan strategis sebagai sumber devisa dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Upaya yang untuk membangkitkan ekonomi yang dilakukan yakni membangun desa wisata dan desa kreatif,” pungkasnya.

 

Sementara itu, anggota DPD RI Perwakilan Bali, AA Gde Agung menyampaikan, melalui FGD ini diharapkan mampu menghadirkan solusi untuk memulihkan dampak pandemi dengan waktu yang sesingkat-singkatnya. “Kita sudah memiliki pengalaman bom dua kali, sekarang lebih parah lagi karena adanya Covid-19. Dan FGD ini menjadi kiat kita,” ujarnya.

 

Dikatakan, saat pandemi sudah melandai bukan hanya di Bali saja, tetapi di seluruh dunia. Untuk itu, jelas dia, adanya G20 di Bali ini sangat berpengaruh terhadap dorongan positif terhadap pemulihan pariwisata Bali. Apalagi, lanjut dia, adanya side event G20 akan mengisi hotel hingga mengunjungi objek wisata. “Dari semua itu, yang paling penting adalah images luar dari calon wisatawan bahwa Bali itu aman, sehingga mempunyai kepercayaan diri untuk datang ke Bali,” ungkapnya.

 

Gde Agung juga menyinggung perang Rusia – Ukraina juga berpengaruh. Transportasi mahal karena adanya kenaikan harga BBM. “Mudah-mudahan dengan adanya G20 berdampak pada recovery. Hanya saja saat ini prediksi saya kunjungan wisatawan belum 100 persen, baru kira-kira 60 persen,” pungkasnya.

 

Pihaknya juga menduga, beberapa industri pariwisata belum siap recovery. Contohnya pemilik hotel dan pemilik destinasi. “Satu hotel yang ditinggal dua tahun lebih itu perlu berpikir untuk beroperasi kembali. Begitu juga DTW yang ditinggal begitu saja. Ini tantangan dan memerlukan waktu,” jelasnya.

 

Mengingat besarnya sumbangan devisa dari sektor pariwisata yang disumbangkan Bali, pihaknya terus bersuara di pusat dan berharap ada bantuan konkrit kepada pelaku pariwisata. “Ini untuk meringankan beban pelaku pariwisata untuk memulihkan kembali sarana dan prasarana pariwisata. Sebab tanpa bantuan, akan sangat sulit untuk segera bangkit,” pungkasnya. alt

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *