Stunting Disebabkan Faktor Multidimensi

oleh -148 Dilihat
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali, dr. Ni Luh Gede Sukardiasih

MANGUPURA, POS BALI – Stunting disebabkan oleh faktor multidimensi. Tidak hanya faktor kekurangan gizi pada anak balita, namun juga terkait faktor lainnya, seperti pola asuh anak yang kurang baik.

Hal ini disampaikan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali, dr. Ni Luh Gede Sukardiasih saat membuka kegiatan Peningkatan Kapasitas Pelaksanaan Program Percepatan Penurunan Stunting bagi Kader Bina Keluarga Balita (BKB) di Hotel Grand Mega, Badung, Rabu (14/9).

Kegiatan diikuti oleh 54 orang yang terdiri dari Pengelola Program dan kader BKB dari kabupaten/kota se-Bali dengan narasumber dari dokter spesialis anak, Asosiasi Ibu Menyusui dan  Psikolog yang menyajikan materi pengasuhan 1000 HPK,  teknik menyusui yang benar dan teknik komunikasi.

“Salah satu faktor penyebab stunting di antaranya praktik pengasuhan yang kurang baik. Termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta pasca melahirkan,” ungkapnya.

Menurutnya, BKKBN dalam pencegahan stunting mempunyai program BKB yang merupakan wadah kegiatan yang mengelola tentang pembinaan tumbuh kembang anak melalui pola asuh yang benar berdasarkan kelompok umur yang dilakukan oleh sejumlah kader.

“Melalui BKB ini para keluarga yang mempunyai balita agar diberikan pengetahuan cara mengasuh dan memantau tumbuh kembang anak” tambahnya.

Dijelaskan, stunting merupakan kondisi kekurangan gizi kronis pada anak yang terjadi dalam jangka waktu yang lama,menyebabkan anak tumbuh lebih pendek dari anak seumurannya. ”Namun, anak yang pendek belum tentu stunting. Tapi anak stunting sudah tentu pendek,” jelasnya.

Terkait upaya percepatan penurunan stunting, kata dia, dilakukan melalui pendekatan keluarga dengan menyasar empat kelompok sasaran, yaitu remaja sebagai calon pengantin harus disiapkan sejak dini terkait gizi dan kesehatannya.

Kedua, ibu hamil melalui pemeriksaan kesehatan secara teratur dan pemenuhan gizi selama masa kehamilan, ibu pascapersalinan dengan pemberian ASI eksklusif kepada anak dan pengaturan kelahiran yang sehat dengan alat kontrasepsi. Keempat balita (usia 0-23 bulan) dengan memberikan asupan gizi yang seimbang dan pola asuh yang baik.

”Melalui kegiatan ini peserta akan mendapatkan informasi seperti apa itu stunting, dan bagaimana mencegahnya. Khususnya melalui peran kader kelompok Bina Keluarga Balita lewat kegiatan pendampingan dan edukasi kepada keluarga yang memiliki anak baduta, khususnya keluarga yang berisiko stunting di wilayah masing-masing,” harapnya.

Untuk diketahui, stunting menjadi permasalahan serius bagi bangsa Indonesia. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Indonesia masih di atas ambang batas yang direkomendasikan WHO (20%), yaitu di angka 24.4%. Sementara di Provinsi Bali sudah berada di angka 10.9%. Untuk itu Presiden Jokowi mengeluarkan Perpres 72 tahun 202 untuk Percepatan Penurunan Stunting di Indonesia. alt

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *