Goresan Tangan Rawat Persahabatan

oleh -270 Dilihat
Dokter Bagus saat menyerahkan goresan tangannya kepada Yusuf Manggabarani

DENPASAR, POS BALI – Seribu teman kurang, satu musuh kebanyakan. Pepatah ini mungkin dipegang teguh Dokter Bagus Darmayasa. Cara unik pun dilakukan dalam mempererat persahabatan yang berasal dari berbagai kalangan.

Dokter Bagus sapaan pria yang kini diberi kepercayaan untuk menjadi Direktur Rumah Sakit Umum Puri Raharja di bilangan Jalan WR Supratman, Denpasar ini, menjalin tali silaturahmi dengan kolega melalui cara unik. Yakni dengan goresan tangan.

Nah, Dokter Bagus merawat persahabatan dengan menggambar wajah rekannya dengan pensil hitam di atas kertas putih. Gambar itu pun tampak realisis, karena di sudut mata karyanya juga tergores tipis warna putih, sehingga mempertegas sorot mata objek yang digambar.

Selasa (20/9) lalu sekitar pukul 9.06 WITA, terlihat di telepon saya ada panggilan WhatsApp tak terjawab dari Dokter Bagus. Selang satu menit kemudian, muncul pesan singkat dari sang dokter. “Pak jadi ke kantor saya?” tulisnya.

Saya lupa, kemarin malam sempat telpon-telponan dengan sang dokter untuk menanyakan kabar. “Jadi pak, 15 sampai,” jawab saya. “15 apa?” tanya dia. “15 menit,” jawab saya.

Jurus mandi burung, ala kadar untuk menyegarkan tubuh pun saya lakukan. Karena tak ingin mengecewakan sang dokter. Bahkan, saya terpaksa memakai kemeja. Karena sang dokter sempat menyoroti saya mengenakan baju kaos saat liputan.

Seusai berdandan rapi, sepeda motor Vario 110 cc keluaran tahun 2018 langsung saya kebut. Ya jarak dari tempat tinggal saya, yakni di Sanur menuju lokasi RS Puri Raharja cukup jauh. Kurang lebih 10 km, plus jalanan macet, saya kira waktu 15 menit sangat cukup.

Seusai memarkir motor, saya bergegas ke gedung utara. Sesampai di resepsionis, saya pun bertanya kepada petugas. “Selamat pagi, di mana ruangan Pak Dokter Bagus? Saya sudah janji dengan beliau,” tanya saya.

Staf yang tampak sibuk memeriksa berkas langsung menjawab. “Lantai lima pak, kemudian belok kiri lurus mentok, dan belok kiri lagi. Di situ ruangan pak direktur,” seusai mengucap terima kasih, saya bergegas naik tangga. Karena lift yang ada hanya diperuntukkan pasien dan dokter saja.

Bukannya langsung masuk, sesampai di depan pintu sang direktur saya pun mundur. Mencari staff untuk meminta bantuan agar melaporkan ke Dokter Bagus bahwa saya telah tiba. Seusai dilaporkan, staf ini mempersilahkan saya masuk.

“Halo pak? Apa kabar? Maaf agak berantakan,” seusai menjawab kabar baik, sang dokter pun mempersilahkan duduk. Sejurus kemudian, tampak dia mengeluarkan dua bungkus nasi. “Ini nasi bungkus enak. Saya beli di Banjar Kayumas,” tuturnya seraya mengajak saya sarapan.

Ya, saya memang cukup akrab dengan Dokter Bagus. Karena sebelumnya, dia sempat menjadi direktur di Rumah Sakit Bali Mandara yang jaraknya hanya 500 meter dari tempat saya tinggal, sehingga hampir setiap hari kala itu saya sowan ke rumah sakit ini.

Seusai sarapan yang diiringi obrolan ringan, Dokter Bagus pun meminta izin. “Sambil tanda tangan berkas ya. Karena ini dibutuhkan segera,” ujarnya seraya memperlihatkan tumpukan berkas di atas mejanya.

Setelah mempersilahkan, saya pun memanfaatkan momen itu untuk melihat-lihat ruangan yang tampak penuh dengan tumpukan gambar wajah rekan maupun kolega sang dokter yang sudah terbingkai rapi. Salah satunya yang menjadi fokus saya yakni gambar Kapolsek Kerambitan AKP Ni Luh Komang Sri Subakti.

“Bapak kenal ya?” tanya dia. Sembari menganggukkan kepala, saya pun menuturkan mengetahui Sri Subakti ini saat menjabat sebagai Kasat Intel Polres Tabanan di tahun 2018. Saat itu, saya ditugaskan meliput di Wilayah Tabanan. “Ya betul, beliau Sri Subakti,” ujarnya seraya merapikan berkas yang telah dia teken.

Dokter Bagus pun tampak tersenyum saat dipuji bahwa Rumah Sakit Puri Raharja tampak lebih asri dan hijau. Bahkan, suasana ruangan pun tampak nyaman lengkap dengan lukisan karyanya. Karena saya tahu, Dokter Bagus ini memiliki prinsip membuat suasana nyaman bagi pasien maupun pengunjung. “Saya baru dua tahun disini. Dari tahun 2020,” ujarnya.

Ya, saya pun tahu bahwa itu dia lakukan karena pasien yang datang karena sakit, sehingga perlu suasana nyaman. Kalau sumpek, maka akan bertambah ruwet pikiran sang pasien maupun pengunjung.

Selang satu jam ngobral ringan, saya mohon diri. Karena, saya tahu bahwa tugas-tugas sang direktur cukup sibuk, apalagi di hari kerja. Seusai mengucap terima kasih dengan pertuan itu, dan juga atas jamuan sarapan pagi Nasi Banjar Kayumas, saya pun pamit.

Oleh: IB Alit Susanta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *