SINGARAJA, POS BALI – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) berkolaborasi dengan Komisi IX DPR RI terus berlanjut mengkampanyekan percepatan penurunan stunting tingkat kabupaten/kota Bali. Kali ini kampanye itu digelar di Desa Dencarik, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Sabtu (1/10/).
Pj Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana diwakili Kepala Dinas PPKBP3A Nyoman Riang Pustaka berharap, screning pra nikah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Bali yang mayoritas pemeluk Hindu.
Menurut Riang, pemeriksaan calon pengantin belum membudaya di tengah masyarakat Bali, berbeda dengan umat lain. Bahkan, ada kursus bagi calon pengantinnya.
“Bagi pasangan calon pengantin saya harap tiga bulan sebelumnya melapor dulu ke aparat desa agar diperiksa kesehatannya. Mari jadikan budaya. Dimulai dari Dencarik,” harap Riang.
Deteksi kesehatan calon pengantin, menurut dia, sangat bermanfaat untuk menciptakan keluarga berkualitas. Kasus stunting jelas bisa dihindari jika calon orangtuanya sudah memiliki pengetahuan cukup.
Riang mengingatkan, manfaat kampanye percepatan penurunan stunting tidak seperti makan cabai. “Kita kumpul di sini membahas stunting, hasilnya baru dinikmati 10-15 tahun ke depan. Ini untuk persiapan 100 tahun Indonesia Merdeka, 2045 menuju Indonesia emas,” tegasnya.
Direktur Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) BKKBN Eka Sulistia Ediningsih mengajak ibu-ibu yang hadir memanfaatkan akun media sosial masing-masing untuk mengampanyekan pentingnya pencegahan stunting.
Meski Bali, menurut Eka, prevalensi stuntingnya jauh di bawah rerata nasional, bukan berarti masyarakat Bali boleh lengah.
“Upaya antisipasi harus tetap ada bila perlu sampai zero kasus,” kata Eka sembari berterima kasih kepada Anggota Komisi IX DPR RI I Ketut Kariyasa Adnyana yang sangat komit turun ke masyarakat.
Sementara itu, Kariyasa Adnyana mengungkapkan, membaiknya sektor pariwisata pascapandemi Covid-19 mesti disyukuri masyarakat Bali. Salah satu caranya dengan menjaga kualitas kesehatan.
Sebab, kata Kariyasa, pariwisata sangat tergantung dengan isu-isu sensitif seperti kesehatan. Jika masyarakat Bali sudah sehat, tidak ada stunting, maka menjadi bahan promosi yang baik untuk menarik kunjungan wisatawan.
“Makanya orang Bali itu harus sehat-sehat. Jangan sampai stunting. Selain merugikan pariwisata, penderita stunting akan menjadi beban negara. Kalau jumlahnya banyak bahkan bisa menggangu stabilitas perekonomian nasional,” tegasnya.
Sebelumnya Plt. Perbekel (Kepala Desa) Dencarik Ida Kade Swastika, mengaku di wilayahnya masih terdapat beberapa kasus balita gizi buruk.
Dengan adanya kampanye ini, ia berharap persoalan itu bisa diatasi secara gotong royong dan mencegah kasus serupa muncul di kemudian hari.
Dia mengakui, pencegahan stunting merupakan salah satu program prioritas Pemerintah Desa Dencarik, dibuktikan dengan posyandu balita dan remaja, pemberian makanan tambahan bagi balita, kelas ibu hamil, makanan tambahan siswa TK/PAUD, pemenuhan air bersih dan sanitasi masyarakat.
“Terima kasih desa kami telah dipilih sebagai lokasi kampanye penurunan stunting yang notabene satu-satunya di Kecamatan Banjar. Semoga masyarakat kami mampu mengimplementasikan pengetahuan sehingga anak-anak kami tumbuh sehat sesuai harapan,” pungkas Ida Kade.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali dr. Luh Gede Sukardiasih juga turut memaparkan materi tentang upaya-upaya yang wajib dilakukan ibu rumah tangga guna menciptakan keluarga berkualitas. rl/alt