DENPASAR, POS BALI – BKKBN Provinsi Bali menggelar Pelatihan Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan Angkatan I secara dalam jaringan (daring), Jumat (7/10). Pelatihan ini sebagai bentuk kegiatan yang sangat positif, dan menjadi salah satu langkah awal oleh provider dalam mendukung serta mendongkrak capaian indikator kinerja program khususnya pada peningkatan peserta KB baru maupun KB aktif.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali, dr. Ni Luh Gede Sukardiasih, M.For., M.A.R.S., menyampaikan, kebijakan dan strategi Program Bangga Kencana tahun 2022 yakni memperkuat sistem informasi keluarga yang terintegrasi; meningkatkan Advokasi dan Penggerakan Program Bangga Kencana sesuai karakteristik wilayah dan segmentasi sasaran.
Selain itu, lanjut dia, juga meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga yang holistik dan integratif sesuai siklus hidup, serta menguatkan pembentukan karakter di keluarga; menguatnya pemaduan dan sinkronisasi kebijakan pengendalian penduduk; dan meningkatkan akses dan kualitas penyelenggaraan KBKR yang komprehensif berbasis kewilayahan dan fokus pada segmentasi sasaran.
“Salah satu upaya strategis untuk meningkatkan akses dan kualitas penyelenggaraan KBKR yang Komprehensif adalah melalui Program pelatihan pelayanan KB yang ditujukan bagi tenaga kesehatan, terutama untuk dokter dan bidan. Hal ini karena tenaga kesehatan yang berwenang untuk memberikan pelayanan Keluarga adalah dokter atau bidan,” ungkapnya.
Sukardiasih menyebut beberapa hal yang melatarbelakangi perlunya pelatihan pelayanan kontrasepsi. Yakni masih kurangnya jumlah tenaga kesehatan atau paramedis yang memiliki kompetensi pelayanan kontrasepsi di Bali. “Terjadi gap atau kesenjangan antara jumlah tenaga medis dengan kompetensi (provider yang tersertifikasi) dalam hal pelayanan kontrasepsi,” ungkapnya.
Kemudian, lanjut dia, terjadi ketimpangan rasio antara petugas medis yang memberikan pelayanan kontrasepsi (KB) dengan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Provinsi Bali.
“Persentase kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi, Unmet Need di Provinsi Bali berdasarkan data evaluasi program semester I Tahun 2022, masih tinggi. Dari target yang ditetapkan sebesar 7,94 % namun baru terealisasi sebanyak 17,90% (baru terealisasi 44,36 %. Kondisi ini menjadi perhatian bersama dalam rangka meningkatkan kesertaan ber KB oleh PUS terutama KB MKJP,” jelasnya.
Dikatakan, target peserta KB baru khususnya IUD dan implant di Provinsi Bali berdasarkan data SIGA Tahun 2022 masih sangat rendah, yaitu dari target sebanyak 11.507 (IUD) baru terealisasi sebesar 1.605 atau sebesar 13,95 %. “Demikian pula halnya dengan target KB baru implan sebesar 1.732 baru terealisasi sebesar 564 atau sebesar 32,56 %,” imbuhnya.
Sukardiasih juga menyinggung penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) sebagai indikator peningkatan kesehatan ibu, anak, dan keluarga. Kata dia, salah satu penyebab AKI tinggi yaitu masih banyaknya jumlah kehamilan risiko tinggi, termasuk Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) dan kehamilan 4 Terlalu (Terlalu muda, Terlalu tua, Terlalu dekat dan Terlalu banyak).
“Masalah ini dapat diatasi melalui program Keluarga Berencana (KB) berbasis hak dan orientasi kesehatan reproduksi dengan layanan bermutu yang aman, berkelanjutan, kesertaan sukarela, tidak diskriminatif, dan informed choice. KB merupakan salah satu pilar dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu karena terbukti efektif dan hemat biaya dalam mengurangi beban penyakit pada kesehatan ibu dan anak (World Bank, 1993),” pungkasnya. alt