Atraksi Pendekar Sepuh ‘Bruce Lee Sesetan’ Tandai Kebangkitan Perguruan Pencak Silat Tujuh Sari

oleh -358 Dilihat
Atraksi Pendekar Sepuh ‘Bruce Lee Sesetan’ Tandai Kebangkitan Perguruan Pencak Silat Tujuh Sari

DENPASAR, POS BALI – Atraksi para pendekar dari lintas generasi yang mempertontonkan berbagai jurus tergambar jelas di Aula Kantor Lurah Sesetan, Denpasar, Jumat (9/12). Fenomena itu, diyakini bakal menjadi momentum kebangkitan Perguruan Pencak Silat Tujuh Sari, yang merupakan seni silat kuno asli dari Desa Sesetan, Bali.

Berbagai jurus dengan tenaga penuh dipertontonkan ke para undangan dalam acara penandatangan nota kesepahaman antara Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa dengan Perguruan Pencak Silat (PPS) Tujuh Sari di Kantor Kelurahan Sesetan.

Bahkan, seorang pendekar berusia sepuh Tjok Sudana yang kerap dijuluki ‘Bruce Lee Sesetan’, tampil memukau. Kendati langkah dasar seni pencak, namun pria berusia tahun 1960 itu masih terlihat lincah. Gerakannya masih full power.

Tjok Sudana menuturkan, Pencak Silat Tujuh Sari yang lahir pada tahun 1921 ini merupakan pencak silat sakral, yang bertujuan untuk berjuang melawan kaum penjajah kala itu. “Dahulu, untuk yang ingin berlatih Pencak Silat Tujuh Sari ini harus mepejati (upakara adat Bali, red), untuk memohon doa restu, baik kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa maupun ke guru,” tuturnya.

Tak hanya seni bela diri, kata dia, pencak silat ini juga melatih pernapasan dengan membuka cakra yang ada di dalam tubuh. Tjok Sudana mendaku, sejak ikut pencak silat dia jarang jatuh sakit. “Paling sembuh dengan membeli obat di warung. Jarang tiang (saya, red) sakit,” ungkapnya.

Pencak Silat Bela Bangsa di Masa Penjajahan Belanda

Ketua Perguruan Pencak Silat Tujuh Sari, I Ketut Resmiyasa mengatakan, pencak silat ini dibentuk tidak saja untuk bela diri, akan tetapi juga bela bangsa di masa penjajahan kolonial Belanda. “Pencak silat ini salah satu simpul gerakan bela diri, bangsa, dan negara. Nah untuk di sini, Bapak Guru Made Yasa membentuk simpul itu di Sesetan ini. Dan kemudian, beliau dijadikan perbekel pertama di Sesetan,” tuturnya.

Resmiyasa mengungkapkan, pencak silat ini sangat sakral. Bahkan, dilatih di dalam ruangan tertutup. “Tidak boleh ada yang melihat. Jadi sangat sakral, dan sangat mahal. Pakai prosesi pejati, mejaya-jaya, dan disumpah. Nah disumpah inilah yang menjadi sangat sulit perkembangannya. Tidak berani melanggar sumpah,” ujarnya.

Di era kekinian, kata dia, pencak silat ini dikembangkan dan telah terdapat padepokan. Yakni untuk melatih silat sesuai dengan pakem, dan juga silat untuk meraih prestasi. “Ini tidak boleh punah, para sepuh akan tetap melatih dengan teknik ‘permacan’ dengan judul Gatotkaca Seraya. Energi alam semesta masuk,” pungkasnya.

Melestarikan Seni Pencak Silat

Sebelumnya, Dewan Guru Perguruan Pencak Silat Tujuh Sari, Prof Rahyuda menyampaikan terima kasih karena telah mampu membuat kegiatan bersejarah. “Bangkitlah mulai hari untuk tujuan organisasi rahayu, rahajeng, dan santhi, untuk mewujudkan cita-cita dan mengikuti kebijakan leluhur, yakni melestarikan seni pencak silat,” ujarnya.

Sementara itu, Sekretaris Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Bali, Nyoman Yamadhiputra menyampaikan, Perguruan Pencak Silat Tujuh Sari merupakan salah satu pendiri IPSI Bali.

“Saya harap Perguruan Pencak Silat Tujuh Sari ini direvitalisasi lagi, sehingga dicari semua orang. Bukan mencari juara dunia, tapi mencari budaya kita. Budaya beladiri asli Bali. Untuk itu perlu revitalisasi,” ujar Yamadhiputra yang juga Sekum KONI Bali ini.

Anggota DPRD Bali, Wayan Sari Galung saat memberikan keterangan kepada awak media

Pencak Silat Tujuh Sari Sakral

Apresiasi juga disampaikan Anggota Komisi IV DPRD Bali, Wayan Sari Galung yang hadir dalam acara itu. Menurut dia, ini menjadi momentum kebangkitan Perguruan Pencak Silat Tujuh Sari yang diketuai Resmiyasa. “Perguruan Pencak Silat Tujuh Sari ini berbeda dengan pencak silat lainnya. Karena seni bela diri ini merupakan warisan leluhur yang harus kita bangkitkan dan lestarikan,” ujarnya.

Srikandi PDI Perjuangan ini mengungkapkan, gerakan silat ini berbeda dengan lainnya. Bahkan sakral. “Saya harap pencak silat ini juga diperkenalkan kepada anak-anak usia dini. Yakni masuk ke sekolah-sekolah dengan kegiatan ekstrakurikuler. Karena silat ini merupakan kearifan lokal, yang mampu mencetak generasi penerus bangsa yang berkarakter dan berakhlak mulia,” pungkasnya.

Dalam acara itu, Rektor Prof I Gusti Ngurah Sudiana dinobatkan menjadi Dewan Pendekar Utama. “Kami sangat mengapresiasi dengan revitalisasi Pencak Silat Tujuh Sari. Kami dari kampus sangat membutuhkan bagaimana merevitalisasi budaya Bali yang hampir hilang, agar kita memperkenalkan kepada generasi Bali bahkan dunia, bahwa kita memiliki keistimewaan budaya yaitu silat Bali kuno, yakni Pencak Silat Tujuh Sari,” pungkasnya. alt

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *