JAKARTA, POS BALI – Pada era tahun 1980an kerajinan, berupa handycraft Bali sangat booming hingga dapat mensejahterakan pengrajin dan masyarakat Bali. Namun saat ini industri kerajinan Bali jalan di tempat.
Hal tersebut disampaikan Ketua Dekranasda Provinsi Bali, Putri Koster saat membuka pameran kerajinan di Anjungan Bali TMII – Jakarta, Rabu (28/12).
“Persaingan Global yang tidak terjaga dengan baik, asosiasi dan pelaku kerajinan itu sendiri akhirnya pelan-pelan menurunkan tangga kejayaannya, apalagi ditimpa dengan bisnis yang pragmatis,” ungkap Putri Koster dalam siaran pers yang diterima redaksi POS BALI, Kamis (29/12).
Dikatakan, sebagai dampak dari persaingan global dan bisnis yang pragmatis ini, saat ini banyak ditemukan kain endek Bali yang di tenun bukan di Bali dan dipasarkan kembali di Bali. Menurutnya sistem yang seperti itu hanya akan merugikan pengrajin dan masyarakat Bali.
“Tiga kerugian kita. Pertama penenun akan meletakkan alat-alat tenunnya karena kerjaannya sudah diambil alih, kedua pasar lokal akan diambil dan yang ketiga uang beredarnya keluar, tidak buat keuangan di daerah kita sendiri. Dan dari ketiganya ini lambat laun daerah kita akan kehilangan warisan leluhurnya,” tuturnya.
Untuk itu, pihaknya mengajak seluruh komponen masyarakat untuk mengembalikan idealisme dalam merawat dan menjaga warisan leluhur tersebut. “Mari kita kembalikan idealisme kita. Dari mana kita menjaganya? Tentunya dari daerah masing-masing,” ajaknya.
Terkait pameran kerajinan di Anjungan Bali, TMII- Jakarta, pihaknya berharap dapat berimbas pada anjungan dari daerah lainnya serta berimbas pada kejayaan kerajinan nusantara seperti yang diharapkan bersama.
“Karena ketika pandemi kemarin IKM dan UMKM dari sektor kerajinan ternyata menjadi pelita di dalam kegelapan kita,” pungkasnya. alt