Kiki ‘Sebatang Kara’ Tersenyum Menerima SKL

oleh -108 Dilihat
Kiki saat menerima SKL dan raport dari Kepala Sekolah setelah tunggakan SPP dilunasi AMP NKRI Semeton Bali.

DENPASAR, POS BALI – Rizky Bintang Saputra, 16, siswa sebatang kara yang tinggal bersama Nenek Murtini, 72, dan Kakek Suyono, 78, sejak usia 9 bulan, di bilangan Padanggalak, Denpasar Timur kini bisa tersenyum lega. Salah satu langkah perjuangan meraih masa depan yang lebih baik telah berhasil dia lalui.

 

Kiki sapaan remaja ini, telah mendapatkan raport dan Surat Keterangan Lulus (SKL) dari SMP Wisata Sanur, setelah tunggakan SPP selama 10 bulan dibayar lunas Aliansi Masyarakat Pembela (AMP) NKRI Semeton Bali, Senin (12/6) pagi.

 

“Saya akan belajar lebih giat lagi, agar menjadi orang sukses,” ujar Kiki setelah menerima raport dan SKL dari Kepala Sekolah SMP Wisata Sanur, Ida Ayu Krisna Ari didampingi Wali Kelas IX/I, Ni Komang Ariantini.

 

Kiki pun berkeinginan bisa melanjutkan di SMK, sehingga setelah lulus nanti bisa langsung bekerja, untuk membantu meringankan beban ekonomi kakek dan nenek angkatnya. Dan untuk melanjutkan ke sekolah kejuruan, Kiki kembali butuh uluran tangan membayar uang pangkal untuk membeli pakaian seragam sekolah.

 

Sebelumnya, Ketua AMP NKRI Semeton Bali, Mira Andayani, SH., menuturkan, Kiki yang tinggal bersama nenek dan kakek angkatnya ini, ditinggal oleh sang bunda sejak berusia 9 bulan. Hingga kini, orang tua kandung Kiki tidak diketahui keberadaannya.

 

“Saat kami ke sana, rumahnya berdiri di tanah milik orang lain, dan memang tidak layak huni. Terbuat dari triplek dan jika hujan pasti bocor,” tuturnya.

Dalam kesempatan itu, Mira menyampaikan terima kasih kepada para donatur yang telah membantu pelunasan tunggakan SPP Kiki.

Sementara itu, Kepsek Ida Ayu Krisna menyampaikan, banyak alumni anak didiknya yang menunggak. Tak hanya dari ekonomi lemah, tapi juga dari siswa yang berkecukupan.

 

“Ada yang nunggak Rp10 juta, dari sejak dia masuk hingga lulus tak pernah bayar SPP. Tapi setelah dikunjungi ke rumahnya ternyata orang mampu. Namun ada juga diantaranya yang memang benar-benar tidak mampu,” ungkapnya seraya mengatakan, sekolah ini milik Yayasan Pembangunan Sanur.

 

Lain halnya dengan penuturan Wali Kelas IX/I, Ni Komang Ariantini. Menurutnya, Kiki di kelas terlihat biasa-biasanya, seperti anak-anak lainnya. Kiki tidak pernah bercerita tentang kisah hidupnya.

 

“Memang orang tuanya tidak pernah datang ke sekolah setiap saya panggil. Tapi, saat ditelepon orang tuanya angkat telepon berbicara, dan berjanji datang ke sekolah, namun pada akhirnya tidak hadir ke sekolah,” ungkapnya.

 

Dia berpesan, Kiki menjadi anak yang jujur dan apa adanya. “Terus terang sebagai wali saya kaget. Kalau tahu, tentu kami melakukan home visit. Tapi selama di sekolah Kiki seperti tidak terjadi masalah apa-apa,” ujarnya. alt

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *